Friday, January 31, 2014

MEDIA TANAM TANAMAN HIAS

Posted by Abd. Ghafar Arif RM


Tanaman hias  merupakan salah satu komoditas agribisnis yang cukup berarti di Indonesia karena jenis ini dapat di tanam pada areal yang relatif sempit, mempunyai nilai ekonomi tinggi dan diterima masyarakat. Berbeda dengan tanaman pangan, tanaman hias dinikmati konsumen dalam bentuk keindahannya.
Oleh karena itu tuntutan terhadap kualitas sangat tinggi. Sehingga teknologi budidaya perlu mendapatkan penanganan yang baik. Media tanam merupakan salah satu teknologi yang perlu mendapatkan perhatian.
Media tanam adalah media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman / bahan tanaman, tempat akar atau bakal akar akan tumbuh dan berkembang. Media tanam juga digunakan tanaman sebagai tempat berpegangnya akar, agar tajuk tanaman dapat tegak kokoh berdiri di atas media tersebut dan sebagai sarana untuk menghidupi tanaman. Tanaman mendapatkan makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya dengan cara menyerap unsur unsur hara yang terkandung di dalam media tanam.
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan  standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini di karenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menyediakan ketersediaan unsur hara.
Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia Tenggara misalnya , sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa atau batang pakis. Bahan-bahan  tersebut juga tidak hanya digunakan secara  tunggal, tetapi bisa di kombinasikan antara bahan satu dengan lainnya. Misalnya pakis dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa dicapur dengan pecahan batu bata.
Untuk mendapat media tanam yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam, seorang hobis harus miliki pemahaman mengenai karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya. Berdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan organik (sisa-sisa makhluk hidup) dan anorganik. Contoh media tanam dari bahan organik adalah kompos daun bambu, kompos daun akasia, kompos tandan kosong kelapa sawit, serutan kayu, sekam padi, bagas tebu, serbuk sabut kelapa, tempurung kelapa sawit, akar pakis. Sedangkan yang berasal dari bahan anorganik adalah seperti tanah , pasir, batu apung, zeolit, styroform, perlite,vermiculite, rocwool, styrofoam, beads. Disini akan dibahas sifat-sifat dari beberapa media tanam diatas.

A. Bahan Organik 
Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik seperti media tanam jauh lebih unggul dibandingkan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu bahan organik juga memiliki pori-pori mkro dan mikro yang hampir seimbang sehigga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap yang tinggi.
Bahan organik akan mengalami proses akan mengalami proses pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan di hasilkan karbondioksida (C2O), air (H2O), dan mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman sebagai zat makanan. Namun, proses dekomposisi yang terlalu cepat dapat memicu kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya, media tanam harus sering diganti. Oleh karena itu, penambahan unsur hara sebaiknya harus tetap diberikan sebelum bahan media tanam tersebut mengalami dekomposisi
Beberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam, diantaranya arang, arang sekam, cacahan pakis, kompos, moss, sabut kelepa (cocopeat), pupuk kandang, dan humus.
1. Arang
Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat cocok digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan dari media jenis arang adalah sifatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian, jika terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan di adaptasikan
Selain itu, bahan media ini juga tidak midah lapuk sehigga sulit ditumbuhi jamur atau cedawan yang dapat merugikan tanaman. Namun media arang cenderung miskin akan unsur hara. Oleh karenanya, ke dalam media tanaman ini perlu di suplai unsur hara berupa aplikasi pemupukan.
Sebelum digunakan sebagai media tanam, idealnya arang di pecah menjadi potongan-potongan kecil terlebih dahulu sehinnga memudahkan dalam penempatan di dalam pot. Ukuran pecahan arang ini sangat bergantung pada wadah yang digunakan untuk menanam serta jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengisi wadah yang memiliki diameter 15 cm atau lebih, umumnya digunakan pecahan arang yang berukuran panjang 3 cm, lebar 2-3 cm dan dengan ketebalan 2-3 cm. Untuk wadah (pot) yang lebih kecil, ukuran pecahan arang juga harus yang kecil.
2. Arang Sekam
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik.
Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur. Namun, sekam bakar cederung mudah lapuk
Sementara kelebihan dari sekam mentahsebagai media tanam yaitu mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K)  yang dibutuhkan tanaman, dan tidak mudah menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna. Namun, sekam padi mentah cederung miskin akan unsur hara.
Arang sekam mempunyai karakteristik ringan (berat jenis 0,2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi, kapasitas menahan air tinggi, berwarna hitam sehingga dapat mengasorbi sinar matahari dengan efektif. Rongganya banyak sehingga akan  menyebabkan aerasi dan drainase  yang baik, sehingga akar mudah bergerak diantara butiran arang sekam tersebut.
Arang sekam bersifat absorben atau mudah menyerap. Jadi mungkin saja akan memfiksasi atau menyerap pupuk anorganik yang diberikan, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Untuk menghindari hal tersebut, arang sekam perlu disiram dengan larutan pupuk anorganik sampai jenuh. Penyiraman tersebut juga berarti penjenuhan kandungan air, mengingat arang bersifat higroskopis (mudah menyerap air) sehingga akan menyebabkan akar tanaman menjadi kering bila tidak dijenuhi dengan air terlebih dahulu. Arang sekam telah steril, karena saat pembuatannya telah mendapat panas yang tinggi dari proses pembakaran.
Sekam padi harganya murah, ringan, drainase dan aerasinya bagus, tahan dekomposisi, dapat digunakan dalam bentuk segar maupun dibakar yang dikenal dengan arang sekam. Sekam padi dalam bentuk arang lebih di sarankan. Sekam padi tidak mempengaruhi PH larutan garam atau ketersediaan unsur hara (N dan K). Sekam kulit padi bila digunakan dalam bentuk segar sebaiknya dikomposkan terlebih dahulu. Dengan pengomposan, sisa-sisa gabah juga akan mati, sehingga menghilangkan potensi tumbuhnya gulma yang berupa sekam padi. Sekam tersebut mengandung unsur silikat, yang walau agak sulit diserap oleh akar tanaman, mempunyai pengaruh baik dalam penguatan sel dan jaringan, sehingga tanaman mempunyai daya tahan terhadap jamur dan sebagainya.
3. Batang Pakis
Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu batang pakis hitam dan batang pakis cokelat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis hitam lebih umum digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu batang pakis ini pun mudah di bentuk menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis.
Selain dalam bentuk cacahan, batang pakis juga banyak di jual sebagai media tanam siap pakai dalam bentuk lempengan persegi empat. Umumnya, bentuk lempengan batang pakis ini adalah saling dihuni oleh semut atau binatang-binatang kecil lainnya.
Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih di karenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman.
4. Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput dan sampah kota.
Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut di kenal 2 peranan kompos yakni soil conditioner dan soil ameliator. Soil conditioner yaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering, sedangkan soil amerirator berfungsi dalam memperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah.
Kompos yang baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu yang telah mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan I IL, rubahnya warna dari bahan pembentuknya (hitam kecokelatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang rendah dan memiliki suhu ruang.
5. Moss
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan, atau kadaka yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering digunakn sebagai media tanam untuk masa penyemaian sampai dengan masa pembungaan .Media ini mempunyai banyak rongga sehingga memungkinkan akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa. Menurut sifatnya, media moss mampu mampu mengikat air denga baik serta memiliki sistem drainase dan airasi yang lancar. Untuk hasil tanaman yang optimal, sebaiknya moss di kombinasikan dengan media tanam organik lainnya, seperti kulit kayu, tanah gambut atau daun-daunan kering.
6. Pupuk Kandang
Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Seain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit  dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman.
Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang di pakai, perlakuan, serta penyimanan sebelum di aplikasikan sebagai media tanam.
Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus sudah matang dan steril. Hal itu di tandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman.
7. Sabut Kelapa
Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam ini berasal dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat.
Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya di lakukan di daerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk. Selain itu, tanaman pun jadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu di rendan terlebih dahuludi dalam larutan fungsida. Jika di bandingkan dengan media lain, pemberian fungsida pada media sabut kelapa harus lebih sering dilakukan karena sifatnya yang mudah lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur.
Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (N), dan fosfor (P).
8. Humus
Humus dalah segala macam hasil pelapuka bahan organik oleh jasad mikro dan merupakan sumber energi jasad mikro tersebut. Bahan-bahan organik tersebut bisa berupa jaringan asli tumbuh-tumbuhan atau binatang mati yang belum lapuk. Biasanya, humus berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan atas tanah (topsoil).
Humus sangat membantu dalam proses penggemburan tanah  dan memilki kemampuan daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara, dan dapat menunjang kesuburan tanah. Namun, media tanam ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih  jika terjadi perubahan suhu, kelembapan dan aerasi yang ekstrim. Humus juga memiliki tingkat porousitas yang rendah sehingga akar tanaman tidak mampu menyerap air. Dengan demikian, sebaiknya penggunaan humus sebagai media tanam perlu ditambahkan media lain yang memiliki prousitas tinggi, misalnya tanah dan pasir.

B. Bahan Anorganik
Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut di akibatkan oleh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi, mekanik dan kimiawi.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu krikil dan batu-batuan (berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50 / -1 - 2 mm), debu (berukuran 2 - 50 u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2 ju ). Selain itu, bahan anorganik juga bisa berasal sebagai sebagai bahan tanah yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermi kulit dan perlit
1. Gel
Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sering digunakan sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis ini sangat praktis dan efisien karena tidak perlu repot-repot untuk mengganti dengan yang baru, menyiram, atau memupuk. Selain itu, media tanam ini juga memiliki keanekaragaman  warna sehingga pemilihannya dapat disesuaikan dengan selera dan warna tanaman. Oleh karenanya, hal tersebut akan menciptakan keindahan dan keasrian tanamn hias yans diletakkan di ruang tamu atau ruang kerja.
Hampir semua jenis tanaman hias indoor bisa di tanmam dengan media ini, misalnya philodendron dan athurium. Namun, baik untuk tanaman hias berakar keras, seperti adenium atau tanaman hias bonsai. Hal itu bukan dikarenakan ketidakmampuan gel dalam memasok kebutuhan air, tetapi lebih di karenakan akar tanaman yang mengeras sehingga bisa membuat vas pecah. Sebagian besar nurcery lebih memilih gel sebagai pengganti tanah untuk pengangkutan tanaman dengan jarak jauh. Tujuannya agar kelembapan tanaman tetap terjaga.
Keunggulan lain dari gel yaitu tetap cantik meskipun bersanding dengan media lain. Di jepang gel digunakan sebagai komponen terarium bersama dengan pasir. Gel yang berwarna warni dapat memberi kesan hidup pada tabnaman miniatur tersebut.
2. Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesaui jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertunbuhan bibit tanaman, dan perakaran stek batang tanaman. Siftanya yang cepat kering akan memudahkan proses akan memudahakan proses pengangkatan bibit tanaman yang di anggap sudah cukup umur untuk di pindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya stek batang.  Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahandalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam. Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan mudah kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan tarhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil. 

Wednesday, January 29, 2014

PEMBIAKAN DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN

Posted by Abd. Ghafar Arif RM
Salah satu cara pembiakan tanaman hias adalah melalui teknik kultur jaringan.Teknik kultur jaringan merupakan  perbanyakan tumbuhan secara invitro. Perbanyakan secara  invitro adalah penanaman jaringan atau organ tumbuhan di luar lingkungan tumbuhnya.
Melalui kultur jaringan ini, jaringan tumbuhan diambil sedikit, lalu ditumbuhkan dalam media buatan sehingga tumbuh menjadi tanaman sempurna. Kultur jaringan dilakukan pada prinsip totipotensi. Menurut prinsip ini setiap sel tumbuhan mengandung informasi genetik yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap.
Teknik kultur jaringan tidak dapat dilakukan di sembarang tempat. Teknik ini harus dilakukan di dalam ruangan khusus yang steril agar terbebas dari kontaminasi udara luar. Kultur jaringan dilakukan di dalam suatu labolatorium khusus yang di gunakan untuk kultur jaringan. Labolatorium berfungsi untuk mengkondisikan kultur dalam suhu dan pencahayaan terkontrol yang dilengkapi dengan alat dan bahan untuk pembuatan media.
Pada dasarnya tumbuh – tumbuhan memiliki daya regenerasi yang kuat. Dasar inilah yang akhirnya menjadi titik tolak berkembangnya industri perbanyakan (propagasi) tanaman.
Bila sel-sel jaringan atau organ tanaman di luar lingkungan tumbuhan (ini) dengan menggunakan larutan bahan makanan larutan bahan makanan sintentik ternyata dapat bergenerasi menjadi tunas dan akar yang selanjutnya dapat berkembang menjadi tanaman normal yang mampu hidup mandiri menjadi tanaman yang utuh.
A.   Langkah-langkah Teknik Kultur Jaringan               
Kultur jaringan tumbuhan dapat dilakukan dengan langkah seperti berikut :
1. Menyiapkan media tumbuh yang terdiri atas campuran garam mineral berisi unsur makro dan mikro, asam ammio, vitamin, gula, serta hormon tumbuhan dengan perbandingan tertentu.
2. Siapkan eksplan (jaringan yang akan di kultur). Misalnya eksplan berupa potongan dari akar tanaman tertentu.
3. Tanamkan eksplan pada media yang telah di siapkan.
4. Setelah terbentuk calon tumbuhan (akar, tunas) maka dipindahkan ke media tanah untuk tumbuh menjadi tanaman dewasa.
B.  Gangguan pada Kultur Jaringan
Gangguan kultur jaringan dapat menyebabkan kematian eksplan. Gangguan kultur jaringan secara umum dapat muncul dari bahan yang di tanam, lingkungan kultur maupun manusia yang melakukannya. Masalah yang muncul antara lain adalah :
1. Kontaminasi oleh bakteri, jamur, virus dan lain - lain. Agar terhindar dari kontaminasi maka langkah-langkah pelaksanaannya harus mengikuti prosedur yang benar dan dalam keadaan steril.
2. Browning (pencoklatan), untuk mengatasinya dengan cara mengabsorbi fenol penyebab pencoklatan dengan arang aktif.
C.  Kelebihan dan Kelemahan Teknik Kultur Jaringan
Perbanyakan tanaman secara kultur jaringan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Berikut ini adalah kelebihannya :
1. Kultur jaringan merupakan suatu cara menghasilkan jumlah bibit tanaman yang banyak dalam waktu singkat sehingga lebih memiliki nilai ekonomis.
2. Tidak memerlukan tempat yang luas.
3. Tidak tergantung pada musim, sehingga bisa dilaksanakan sepanjang tahun.
4. Bibit yang dihasilkan lebih sehat.
5. Memungkinkan dilakukannya manipulasi genetik.
Dengan metode kultur jaringan dapat dihasilkan jumlah bibit tanaman dalam skala besar dan dalam waktu relatif singkat sehingga lebih memiliki nilai ekonomis. Dari kelebihan ini kita bisa belajar mengkultur tanaman yang bernilai jual dengan benar sehingga dapat di manfaatkan sebagai sumber pendapatan.
Sedangkan kekurangan teknik ini adalah :
1. Membutuhkan biaya besar karena harus dilakukan di dalam labolatorium dan menggunakan bahan kimia.
2. Membutuhkan keahlian khusus.
3. Membutuhkan aklimatisasi ke lingkungan eksternal karena tanaman hasil kultur biasanya berukuran kecil dan bersifat aseptik serta sudah terbiasa berada di tempat yang mempunyai kelembaban udara tinggi.

Artikel Terbaru