Tanaman hias
merupakan salah satu komoditas agribisnis yang cukup berarti di
Indonesia karena jenis ini dapat di tanam pada areal yang relatif sempit,
mempunyai nilai ekonomi tinggi dan diterima masyarakat. Berbeda dengan tanaman
pangan, tanaman hias dinikmati konsumen dalam bentuk keindahannya.
Oleh
karena itu tuntutan terhadap kualitas sangat tinggi. Sehingga teknologi
budidaya perlu mendapatkan penanganan yang baik. Media tanam merupakan salah
satu teknologi yang perlu mendapatkan perhatian.
Media
tanam adalah media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman / bahan tanaman,
tempat akar atau bakal akar akan tumbuh dan berkembang. Media tanam juga
digunakan tanaman sebagai tempat berpegangnya akar, agar tajuk tanaman dapat
tegak kokoh berdiri di atas media tersebut dan sebagai sarana untuk menghidupi
tanaman. Tanaman mendapatkan makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangannya dengan cara menyerap unsur unsur hara yang terkandung di dalam
media tanam.
Media
tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang
akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam.
Menentukan media tanam yang tepat dan
standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal
yang sulit. Hal ini di karenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan
kecepatan angin yang berbeda. Secara umum media tanam harus dapat menjaga
kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menyediakan
ketersediaan unsur hara.
Jenis
media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia
Tenggara misalnya , sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa pecahan
batu bata, arang, sabut kelapa atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya digunakan
secara tunggal, tetapi bisa di
kombinasikan antara bahan satu dengan lainnya. Misalnya pakis dicampur dengan
perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa dicapur
dengan pecahan batu bata.
Untuk
mendapat media tanam yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman yang akan
ditanam, seorang hobis harus miliki pemahaman mengenai karakteristik media
tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya. Berdasarkan jenis bahan
penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan organik (sisa-sisa makhluk
hidup) dan anorganik. Contoh media tanam dari bahan organik adalah kompos daun
bambu, kompos daun akasia, kompos tandan kosong kelapa sawit, serutan kayu,
sekam padi, bagas tebu, serbuk sabut kelapa, tempurung kelapa sawit, akar
pakis. Sedangkan yang berasal dari bahan anorganik adalah seperti tanah ,
pasir, batu apung, zeolit, styroform, perlite,vermiculite, rocwool, styrofoam,
beads. Disini akan dibahas sifat-sifat dari beberapa media tanam diatas.
A. Bahan Organik
Media
tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal dari komponen
organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga,
buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik seperti media tanam jauh lebih
unggul dibandingkan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah
mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu bahan organik juga
memiliki pori-pori mkro dan mikro yang hampir seimbang sehigga sirkulasi udara
yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap yang tinggi.
Bahan
organik akan mengalami proses akan mengalami proses pelapukan atau dekomposisi
yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan di hasilkan
karbondioksida (C2O), air (H2O), dan mineral. Mineral
yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman sebagai
zat makanan. Namun, proses dekomposisi yang terlalu cepat dapat memicu
kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya, media tanam harus sering
diganti. Oleh karena itu, penambahan unsur hara sebaiknya harus tetap diberikan
sebelum bahan media tanam tersebut mengalami dekomposisi
Beberapa
jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam, diantaranya arang,
arang sekam, cacahan pakis, kompos, moss, sabut
kelepa (cocopeat), pupuk kandang, dan humus.
1. Arang
Arang
bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat cocok
digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan tinggi. Hal itu
dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan dari
media jenis arang adalah sifatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian, jika
terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk
bisa segera dinetralisir dan di adaptasikan
Selain
itu, bahan media ini juga tidak midah lapuk sehigga sulit ditumbuhi jamur atau
cedawan yang dapat merugikan tanaman. Namun media arang cenderung miskin akan
unsur hara. Oleh karenanya, ke dalam media tanaman ini perlu di suplai unsur
hara berupa aplikasi pemupukan.
Sebelum
digunakan sebagai media tanam, idealnya arang di pecah menjadi
potongan-potongan kecil terlebih dahulu sehinnga memudahkan dalam penempatan di
dalam pot. Ukuran pecahan arang ini sangat bergantung pada wadah yang digunakan
untuk menanam serta jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengisi wadah yang
memiliki diameter 15 cm atau lebih, umumnya digunakan pecahan arang yang
berukuran panjang 3 cm, lebar 2-3 cm dan dengan ketebalan 2-3 cm. Untuk wadah
(pot) yang lebih kecil, ukuran pecahan arang juga harus yang kecil.
2. Arang Sekam
Sekam
padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam padi yang
biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak dibakar).
Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai
media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga
sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik.
Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi
karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam
bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media
tanam ini menjadi gembur. Namun, sekam bakar cederung mudah lapuk
Sementara
kelebihan dari sekam mentahsebagai media tanam yaitu mudah mengikat air, tidak
mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K)
yang dibutuhkan tanaman, dan tidak mudah menggumpal atau memadat
sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna. Namun, sekam padi mentah
cederung miskin akan unsur hara.
Arang
sekam mempunyai karakteristik ringan (berat jenis 0,2 kg/l), kasar sehingga
sirkulasi udara tinggi, kapasitas menahan air tinggi, berwarna hitam sehingga
dapat mengasorbi sinar matahari dengan efektif. Rongganya banyak sehingga
akan menyebabkan aerasi dan
drainase yang baik, sehingga akar mudah
bergerak diantara butiran arang sekam tersebut.
Arang
sekam bersifat absorben atau mudah menyerap. Jadi mungkin saja akan memfiksasi
atau menyerap pupuk anorganik yang diberikan, sehingga tidak tersedia bagi
tanaman. Untuk menghindari hal tersebut, arang sekam perlu disiram dengan
larutan pupuk anorganik sampai jenuh. Penyiraman tersebut juga berarti
penjenuhan kandungan air, mengingat arang bersifat higroskopis (mudah menyerap
air) sehingga akan menyebabkan akar tanaman menjadi kering bila tidak dijenuhi
dengan air terlebih dahulu. Arang sekam telah steril, karena saat pembuatannya
telah mendapat panas yang tinggi dari proses pembakaran.
Sekam
padi harganya murah, ringan, drainase dan aerasinya bagus, tahan dekomposisi,
dapat digunakan dalam bentuk segar maupun dibakar yang dikenal dengan arang
sekam. Sekam padi dalam bentuk arang lebih di sarankan. Sekam padi tidak
mempengaruhi PH larutan garam atau ketersediaan unsur hara (N dan K). Sekam
kulit padi bila digunakan dalam bentuk segar sebaiknya dikomposkan terlebih
dahulu. Dengan pengomposan, sisa-sisa gabah juga akan mati, sehingga
menghilangkan potensi tumbuhnya gulma yang berupa sekam padi. Sekam tersebut
mengandung unsur silikat, yang walau agak sulit diserap oleh akar tanaman,
mempunyai pengaruh baik dalam penguatan sel dan jaringan, sehingga tanaman
mempunyai daya tahan terhadap jamur dan sebagainya.
3. Batang Pakis
Berdasarkan
warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu batang pakis hitam dan batang
pakis cokelat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis hitam lebih umum
digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis
yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu batang pakis ini pun mudah di
bentuk menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis.
Selain
dalam bentuk cacahan, batang pakis juga banyak di jual sebagai media tanam siap
pakai dalam bentuk lempengan persegi empat. Umumnya, bentuk lempengan batang
pakis ini adalah saling dihuni oleh semut atau binatang-binatang kecil lainnya.
Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih di
karenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase
yang baik serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman.
4. Kompos
Kompos
merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses
fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput dan
sampah kota.
Kandungan
bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi
tanah. Berdasarkan hal tersebut di kenal 2 peranan kompos yakni soil
conditioner dan soil ameliator. Soil conditioner yaitu peranan kompos dalam
memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering, sedangkan soil amerirator
berfungsi dalam memperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah.
Kompos
yang baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu yang telah mengalami
pelapukan secara sempurna, ditandai dengan I IL, rubahnya warna dari bahan
pembentuknya (hitam kecokelatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang rendah
dan memiliki suhu ruang.
5. Moss
Moss yang
dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan, atau kadaka yang
banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering digunakn sebagai media tanam untuk
masa penyemaian sampai dengan masa pembungaan .Media ini mempunyai banyak
rongga sehingga memungkinkan akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa.
Menurut sifatnya, media moss mampu mampu mengikat air denga baik serta memiliki
sistem drainase dan airasi yang lancar. Untuk hasil tanaman yang optimal,
sebaiknya moss di kombinasikan dengan media tanam organik lainnya, seperti kulit
kayu, tanah gambut atau daun-daunan kering.
6. Pupuk Kandang
Pupuk
organik yang berasal dari kotoran hewan disebagai pupuk kandang. Kandungan
unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K)
membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur
tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Seain itu, pupuk
kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan
organik yang sulit dicerna tanaman
menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman.
Komposisi
kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan
hamparan yang di pakai, perlakuan, serta penyimanan sebelum di aplikasikan
sebagai media tanam.
Pupuk
kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus sudah matang dan steril.
Hal itu di tandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang
yang sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang
dapat merusak tanaman.
7. Sabut Kelapa
Sabut kelapa
atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai
media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam ini berasal dari buah kelapa tua
karena memiliki serat yang kuat.
Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya di lakukan di
daerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan
media tanam ini mudah lapuk. Selain itu, tanaman pun jadi cepat membusuk
sehingga bisa menjadi sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa
perlu di rendan terlebih dahuludi dalam larutan fungsida. Jika di bandingkan
dengan media lain, pemberian fungsida pada media sabut kelapa harus lebih
sering dilakukan karena sifatnya yang mudah lapuk sehingga mudah ditumbuhi
jamur.
Kelebihan
sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu
mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung
unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (N),
dan fosfor (P).
8. Humus
Humus
dalah segala macam hasil pelapuka bahan organik oleh jasad mikro dan merupakan
sumber energi jasad mikro tersebut. Bahan-bahan organik tersebut bisa berupa
jaringan asli tumbuh-tumbuhan atau binatang mati yang belum lapuk. Biasanya,
humus berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan atas tanah (topsoil).
Humus
sangat membantu dalam proses penggemburan tanah
dan memilki kemampuan daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan
unsur hara, dan dapat menunjang kesuburan tanah. Namun, media tanam ini mudah
ditumbuhi jamur, terlebih jika terjadi
perubahan suhu, kelembapan dan aerasi yang ekstrim. Humus juga memiliki tingkat
porousitas yang rendah sehingga akar tanaman tidak mampu menyerap air. Dengan
demikian, sebaiknya penggunaan humus sebagai media tanam perlu ditambahkan
media lain yang memiliki prousitas tinggi, misalnya tanah dan pasir.
B. Bahan Anorganik
Bahan
anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal dari
proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut di
akibatkan oleh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi, mekanik dan
kimiawi.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan
batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu krikil dan batu-batuan
(berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50 / -1 - 2 mm), debu (berukuran
2 - 50 u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2 ju ). Selain itu, bahan
anorganik juga bisa berasal sebagai sebagai bahan tanah yaitu gel, pasir,
kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermi kulit dan perlit
1. Gel
Gel atau
hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sering digunakan sebagai media
tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis ini sangat praktis dan
efisien karena tidak perlu repot-repot untuk mengganti dengan yang baru,
menyiram, atau memupuk. Selain itu, media tanam ini juga memiliki
keanekaragaman warna sehingga
pemilihannya dapat disesuaikan dengan selera dan warna tanaman. Oleh karenanya,
hal tersebut akan menciptakan keindahan dan keasrian tanamn hias yans
diletakkan di ruang tamu atau ruang kerja.
Hampir
semua jenis tanaman hias indoor bisa di tanmam dengan media ini, misalnya
philodendron dan athurium. Namun, baik untuk tanaman hias berakar keras,
seperti adenium atau tanaman hias bonsai. Hal itu bukan dikarenakan
ketidakmampuan gel dalam memasok kebutuhan air, tetapi lebih di karenakan akar
tanaman yang mengeras sehingga bisa membuat vas pecah. Sebagian besar nurcery
lebih memilih gel sebagai pengganti tanah untuk pengangkutan tanaman dengan
jarak jauh. Tujuannya agar kelembapan tanaman tetap terjaga.
Keunggulan lain dari gel yaitu tetap cantik
meskipun bersanding dengan media lain. Di jepang gel digunakan sebagai komponen
terarium bersama dengan pasir. Gel yang berwarna warni dapat memberi kesan
hidup pada tabnaman miniatur tersebut.
2. Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam
alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai
dan sesaui jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertunbuhan
bibit tanaman, dan perakaran stek batang tanaman. Siftanya yang cepat kering
akan memudahkan proses akan memudahakan proses pengangkatan bibit tanaman yang
di anggap sudah cukup umur untuk di pindahkan ke media lain. Sementara bobot
pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya stek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir
adalah kemudahandalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta
drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan jenis pasir
yang sering digunakan sebagai media tanam. Oleh karena memiliki pori-pori berukuran
besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan mudah kering oleh
proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan tarhadap proses pemisahan)
pasir sangat kecil.
1 comment:
Thx sharenya
Post a Comment