Tuesday, March 3, 2015

SULITNYA MENGHAKIMI DIRI SENDIRI

Posted by Abd. Ghafar Arif RM
Melihat dan memahami  diri sendiri ternyata bukan perkara mudah dan bahkan tidak banyak dilakukan. Orang biasanya lebih suka melihat pada pemandangan yang jauh di luar dirinya dan sebaliknya lupa melihat hal yang dekat, dan apalagi terhadap dirinya sendiri. Itulah sebabnya, betapa sulit melihat kesalahan dirinya sendiri daripada kesalahan orang lain.
Padahal sebenarnya melihat diri sendiri terlebih dahulu jauh lebih penting daripada segera melihat apa  yang jauh atau orang lain. Orang yang bisa melihat dirinya sendiri akan segera mengetahui kesalahan, kekurangan, atau kelemahannya,  dan bahkan juga berbagai potensi yang ada pada dirinya sendiri.
Tatkala seseorang melihat  kekurangan pada dirinya maka akan berkesempatan segera memperbaikinya. Sebaliknya, tatkala berhasil melihat potensi yang ada pada dirinya, maka akan segera mengembangkannya. Sayangnya, tidak banyak orang mengetahui kekurangan dan bahkan juga potensinya sendiri. Pada umumnya, orang tidak tahu yang sebenarnya tentang dirinya sendiri. 
Ada motivasi dari ajaran Islam yang sedemikian jelas dan mendalam agar seseorang mau mempelajari dirinya sendiri. Dikatakan dalam hadits nabi bahwa, siapa yang mengetahui dirinya sendiri maka yang bersangkutan akan mengetahui Tuhannya. Sedemikian sulit manusia mengenal dan apalagi mengetahui secara jelas tentang dirinya sendiri, sehingga manakala itu berhasil dipersamakan dengan mengetahui Tuhannya.
Sebaliknya,  daripada mengetahui dirinya sendiri, orang lebih suka mengetahui orang lain.  Orang lain dilihat, dipelajari, dan dipahaminya dengan serius.  Kegiatan itu akhirnya  menemukan berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti sosiologi, antropologi, psikologi, politik, ekonomi, dan seterusnya. Semua cabang ilmu itu sebenarnya adalah terkait  tentang perilaku orang lain, dan bukan  tentang perilakunya sendiri.
Oleh karena terlalu banyak melihat orang lain, dan sebaliknya tidak pernah memperhatikan dirinya sendiri, kecuali hanya aspek fisiknya belaka, yaitu  lewat cermin yang tersedia, maka tidak banyak orang yang paham benar  tentang dirinya. Bahkan sebaliknya, banyak orang salah paham tentang dirinya sendiri.  Dirinya dianggapnya benar dan sudah sempurna. Mereka merasa sudah berlaku adil, sudah jujur, sudah peduli pada orang lain, merasa sudah sanggup mengapreasi dan bahkan mencintai orang lain sama dengan terhadap dirinya sendiri.      
Padahal anggapan itu bisa jadi  keliru oleh karena yang bersangkutan tidak pernah mempelajari secara mendalam tentang dirinya sendiri.  Banyak orang, terutama kaum wanita,   melihat dirinya sendiri, hanya pada aspek fisik wajahnya, penataan baju, dan penampilannya. Kegemarannya melihat aspek fisik dirinya sendiri itu menjadikan penampilannya selalu sempurna dan bahkan tampil cantik melebihi aslinya. 
Akibat tidak suka memahami  dirinya sendiri dari aspek terdalam, yaitu tentang perilaku dan sifat-sifat yang dimilikinya itu, maka menjadikan banyak orang  merasa selalu benar sendiri. Mereka tidak tahu bahwa dirinya  keliru, salah, dan bahkan menyimpang. Sebaliknya, orang lain  dianggap terlalu banyak  kesalahan. Menyalahkan orang lain menjadi sedemikian mudah. Akibatnya muncul pepatah bahwa : “Gajah di pelupuk mata tiada kelihatan, kuman di seberang lautan jelas kelihatan"
Selain itu, orang juga memiliki mekanisme, yaitu selalu  melindungi dirinya sendiri dari kekurangan dan kesalahannya. Mereka tidak suka kekurangan dan kelemahannya diketahui orang lain. Itulah sebabnya, manakala kekurangan itu diketahui orang, maka yang bersangkutan menjadi tersinggung dan marah. Sebaliknya, setiap orang  merasa  senang manakala mampu menunjukkan kelebihan dirinya sendiri, sekalipun kelebihan itu misalnya  hanya diada-adakan. Itulah sebabnya penampilan seseorang sehari-hari selalu berbeda dari yang sebenarnya. 
Perilaku seperti itu  menjadikan siapapun tidak mudah menghakimi dirinya sendiri. Para hakim pintar mengadili orang lain, tetapi tidak mampu mengadili dirinya sendiri. Demikian pula  orang pada umumnya, tidak mudah mengetahui dan bahkan menyadari  atas kekurangan dan kesalahannya. Kesulitan melihat diri sendiri itulah yang menjadikan orang pada umumnya selalu bersikap subyektif dan tidak akan mampu menghakimi dirinya sendiri. Dirinya selalu dianggap benar, dan sebaliknya orang lain yang tidak sama dengan dirinya dianggap sesat. Padahal gagal mengetahui tentang dirinya sendiri itu adalah juga bagian dari kelemahan dan bahkan kesalahan. Wallahu a’lam.

No comments:

Artikel Terbaru