Wednesday, January 7, 2015

Menuju Masa Depan Islami

Posted by Abd. Ghafar Arif RM


Dunia itu terdiri atas tiga masa yaitu masa lalu, masa depan dan masa sekarang, maka manfaatkanlah hari ini
Sudah siapkah kita melangkah memasuki tahun baru, tahun 2015 M ?
Diperkirakan bahwa masa yang akan datang tidak merupakan masa yang lebih ringan dan lebih mudah dari masa lalu. Para Futurolog memperkirakan bahwa masa yang akan datang itu akan jauh lebih canggih dan jauh lebih kompleks dari masa yang telah lalu. Kiat apa yang telah kita siapkan untuk menyongsongnya? Baiklah kita kaji sabda Nabi SAW yang ditujukan kepada Abu Dzar:
Wahai Abu Dzar!
Perbaruilah perahumu, karena laut sangatlah dalam
Bawalah bekal yang cukup, karena perjalanan sangatlah jauh
Ringankan beban, karena beban yang berat akan membawa akibat yang panjang
Dan ikhlaskan amal, karena Sang Maha Penilai sangatlah cermat
Betapa cermat peringatan Nabi SAW dalam menyongsong masa depan. Betapa jauh tinjauannya ke masa depan. Perahu kehidupan kita harus diperbarui, segala "kebocoran" diperbaiki, hingga tak akan sempat lagi dimasuki segala kerancuan dan kepalsuan.
Kita diharuskan juga untuk menyiapkan bekal yang cukup untuk masa depan, bekal berupa amalan yang baik dan kita dituntut untuk menanggalkan segala beban kehidupan, berupa perilaku yang tidak diharapkan, yang hanya akan memberatkan masa depan, yang membentang dari kehidupan di dunia hingga akhirat. Di samping itu, segala amal perbuatan kita hendaknya dilakukan dengan ikhlas, karena perbuatan yang tidak didasarkan niat yang ikhlas, akan kehilangan kualitas maupun esensinya sebagai perbuatan yang semula dimaksudkan. Amal yang dilakukan agar diketahui dan dipuji orang lain lebih merupakan iklan dan promosi diri.
Bagaimana kiat menyongsong masa depan itu?
Beberapa pemikir masa kini dalam mengaitkan keberadaan manusia dengan masa depannya, ada yang memandang secara eksistensial, bahwa masa depan adalah masa bercirikan kecemasan; ada juga yang memandang manusia sebagai mahluk wisata, yang menatap masa depan dengan penuh harapan.
Akan tetapi, coba kita kaji kalamullah dalam QS al Isra' 57:

….. Siapakah di antara mereka yang paling dekat? Dan mereka mengharakkan rahmatNya, dan mereka pun takut akan adzabNya …..

Makna ayat tersebut amat jelas, yaitu bahwa mendekatkan diri kepada Allah itu melalui raja' (penuh harap) pada rahmatNya serta khauf (cemas akan adzabNya).
Dengan demikian, konsep kecemasan dan hidup penuh harap dalam menyongsong masa depan yang dipandang oleh para ahli filasafat sebagai ciri eksistensi manusia, bagi kita kaum muslimin bukanlah suatu barang baru, karena telah jelas tercantum dalam al Qur'an. Tinggal barangkali kita sendiri yang belum sempat menyingkapnya.
Mengenai raja' al Haddad memberinya pengertian sebagai: " ….. kesadaran hati akan luasnya rahmat Allah serta keagungan kasih dan keindahan janjinyaNya bagi mereka yang taat kepadaNya". Situasi hati seperti ini akan menghasilkan sikap optimis dan selanjutnya mengundang untuk bergegas berbuat kebajikan. Sedangkan khauf adalah buah dari kesadaran hati manusia akan kedahsyatan sanksi berupa adzab Allah bagi mereka yang berbuat dosa dan melanggar perintahNya. Hal ini akan menggugah manusia untuk meninggalkan dan menjauhi perbuatan dosa.
Demikianlah, raja' dan khauf merupakan dua konsep motivasi untuk taat dan menangkal perbuatan dosa, dan hendaknya dimanfaatkan kaum muslimin dalam menyongsong masa depan.
Demikianlah, untuk memadukan ketiga dimensi waktu itu dalam ajaran Islam telah jelas garis tempuhannya, yaitu dengan jalan merealisasikan jati diri manusia sebagai mahluk Allah tiada jalan yang terbuka bagi manusia kecuali melaksanakan taqarrub kepadaNya.
Berkaitan dengan masa lalu, taqarrub itu ditempuh melalui taubat, memasrahkan diri serta meminta ampunan kepada Maha Pengampun.
Berkaitan dengan masa depan, taqarrub itu dilaksanakan dengan berbekal raja' dan khauf, yang keduanya mengundang kita untuk meningkatkan ketaatan kita kepadaNya, melaksanakan segala yang diperintahNya dan menjauhi segala yang dilarangNya.
Berkaitan dengan masa kini, taqarrub itu dilaksanakan dengan jalan ightinam, mengambil manfaat sebesar-besarnya dengan mengisi hanya dengan amalan yang diridhoiNya.
Mudah-mudahan dalam menyatakan selamat tinggal kepada tahun 2014 M dan selamat tahun baru 2015 M, kita tidak menyaksikan sekedar berlalu tanpa kesan, lewat tanpa mampu mengisi dan memanfaatkannya selaras dengan jati diri kita sebagai manusia, sebagai mahluk Allah SWT.

1 comment:

Unknown said...

Pak Ghofar,kadang kita kurang bersyukur karena terlalu banyak nikmat yang datang secara bertubi-tubi dan melimpah kepada kita sampai kita lengah dan tidak sadar untuk mensyukurinya. Blok Pak Ghofar membuat kita selalu merenung dan merenung...

Artikel Terbaru