Posted by Abd. Ghafar Arif RM
Berbohong atau berdusta adalah menyampaikan sesuatu tidak sesuai
dengan kenyataannya. Ia termasuk perbuatan sangat tercela secara syar’i, akal
sehat, dan fitrah yang lurus. Ia menghantarkan kepada perbuatan dosa dan
kejahatan. Termasuk jalan paling pintas menuju ke neraka.
Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ
يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ صِدِّيقًا
وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى
النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا
“Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada perbuatan baik, dan
perbuatan baik menunjukkan kepada surga, dan sesungguhnya seseorang yang
membiasakan jujur ia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan
sesungguhnya dusta menunjukkan kepada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa
menunjukkan kepada neraka, dan sesungguhnya seseorang yang biasa berdusta ia
akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (Muttafaq ‘Alaih)
Islam sangat mencela perbuatan dusta atau berbohong. Umat Islam
diperingatkan secara umum agar tidak berdusta. Bahkan Islam mengategorikannya
sebagai bagian dari tanda kekufuran dan kemunafikan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا أُولَئِكَ
أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Adapun
orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 39)
إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
بِآَيَاتِ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah
orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah
orang-orang pendusta.” (QS. Al-Nahl: 105)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا
وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik ada tiga: apabila ia berkata dusta, apabila
berjanji mengingkari, dan apabila diberi amanat berkhianat.” (Muttafaq
‘Alaih)
Dalam hadits yang sangat masyhur, “Ada empat hal, yang jika
berada pada diri seseorang maka ia menjadi seorang munafiq sesungguhnya, dan
jika seseorang memiliki kebiasaan salah satu dari padanya, maka berarti ia
memiliki satu kebiasaan (ciri) nifaq sampai ia meninggalkannya; bila dipercaya
ia berkhianat, bila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia memungkiri dan bila
bertikai ia berbuat curang.” (Muttafaqun 'alaih)
Maka semaksimal mungkin kita menghindarkan diri dari berbohong.
Jangan mudah berkata dusta walau dalam perkara-perkara kecil. Karena demikian
itu akan mengurangi kepercayaan orang kepada kita saat kita menyampaikan
kebenaran.
Ada beberapa perkara yang dikerjakan tanpa mereka berdosa, padahal
ia benar-benar bagian dari perbuatan bohong. Di antara contohnya:
Pertama, memanggil anak
kecil untuk dikasih sesuatu padahal ia tak punya yang dijanjikan tersebut.
Termasuk di dalamnya mengingkari janji kepada anak kecil atau menjawab
pertanyaan anak kecil dengan jawaban dusta.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amir Radhiyallahu 'Anhu
berkata, “Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah datang ke rumah
kami yang saat itu aku masih kecil. Lalu aku ingin keluar untuk bermain. Lalu
ibuku memanggilku: Hai kemarilah, aku kasih kamu.
Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya
kepadanya: Apakah sebenarnya kamu tidak ingin memberinya? Ibuku menjawab: Aku
akan kasih dia kurma. Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda kepadanya: Adapun jika kamu tidak memberinya apa-apa maka dicatat
atasmu perbuatan dusta.” (HR. Abu Dawud)
Kedua, menyampaikan
setiap apa yang didengar tanpa di cross-check. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
'Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Cukuplah
seseorang dianggap berdusta kalau dia menyampaikan setiap yang ia dengar.”
(HR. Muslim)
Ketiga, berkata bohong
untuk membuat orang tertawa (melawak). Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda:
وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ
الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
“Celakalah orang yang berbicara, padahal ia berbohong untuk
sekedar membuat orang-orang tertawa, celakalah dia, kemudian celakalah dia.”
(HR. Abu Dawud dan Al-Tirmizi. Dihassankan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’
no. 7136)
Keempat, ngegombal, yakni
mengobrol sambil becanda dengan cerita-cerita dusta. Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda:
لَا يُؤْمِنُ الْعَبْدُ الْإِيمَانَ كُلَّهُ حَتَّى يَتْرُكَ
الْكَذِبَ فِي الْمُزَاحِ وَالْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ صَادِقً
“Seorang hamba tidak beriman dengan sempurna sehingga ia
meninggakan berkata bohong saat becanda dan meninggalkan debat walau ia benar.”
(HR. Ahmad)
Al-Imam Ahmad berkata, “Bohong tidak boleh baik serius atau main-main.”
Siksa yang disediakan bagi pendusta sangat berat, sebelah wajahnya
dirobek dengan besi sampai tengkuknya; dimulai dari mulut sampai tengkuk, lalu
sebelah mata sampai tengkuk, dan dari mata sampai tengkuk. Setelah selesai,
berganti sebelah wajah yang lain. Belum selesai sebelah wajah kedua dirobek,
sebelah wajah yang pertama kembali seperti semula dan siap disiksa kembali.
Jika demikian berat dan ngeri siksa neraka maka selayaknya kita
menjauhi bentuk-bentuk dusta dan berkata bohong, baik yang beresiko besar atau
yang beresiko kecil. Baik saat serius maupun saat becanda.
Berdusta atau
berbohong salah satu sifat yang sangat buruk dan dicela dalam pandangan
syariat, akal dan fitrah yang lurus. Allah telah mengharamkannya dalam semua
risalah samawiyah. Allah juga mencela perbuatan dusta dan para pelakunya dalam
banyak ayat. Mereka diancam dengan siksa yang sangat berat.
Allah Subhanahu Wa
Ta'ala berfirman:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا
بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا
لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا
تَعْلَمُونَ
“Katakanlah:
"Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun
yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang
benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak
menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa
yang tidak kamu ketahui".” (QS. Al-A’raf: 33)
Ibnul Qayyim
menilai bahwa perkata-perkara haram dalam ayat di atas yang paling buruk dan
paling besar dosanya adalah berkata yang mengada-ada tentang Allah tanpa ilmu.
Sebab, syirik dan kekufuran tidak muncul kecuali dari kedustaan.
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ
يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Dan siapakah
yang lebih lalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang
dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Shaaf: 7)
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ
وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ
يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
“Dan janganlah
kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta
"Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap
Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah
tiadalah beruntung.” (QS. Al-Nahl: 116)
Allah telah
mengiringkan antara perbuatan dusta dan kesyirikan yang menunjukkan ada
hubungan antara keduanya, “Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah
perkataan-perkataan dusta dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan
sesuatu dengan Dia. Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka
adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau
diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 30-31)
Sebenarnya,
berbohong merupakan identitas orang kafir. Allah telah firmankan tentang
kafirin, “Adapun
orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 39)
Dusta juga
menjadi tabiat yg melekat pada diri orang-orang munafik dan menjadi salah satu
ciri mereka yang paling menonjol. Ini sesuai dengan firman Allah, “Dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang
pendusta.” (QS. Al-Munafikun: 1)
Dalam hadits
yang sangat masyhur, “Ada empat hal, yang jika berada pada diri seseorang maka ia menjadi
seorang munafiq sesungguhnya, dan jika seseorang memiliki kebiasaan salah satu
dari padanya, maka berarti ia memiliki satu kebiasaan (ciri) nifaq sampai ia
meninggalkannya; bila dipercaya ia berkhianat, bila berbicara ia berdusta, bila
berjanji ia memungkiri dan bila bertikai ia berbuat curang.”
(Muttafaqun 'alaih)
Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam menjelaskan bahwa berlaku jujur adalah jalan
menuju surga, sebaliknya berdusta merupakan jalan yang menghantarkan
kepada neraka. Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ الصِّدْقَ
يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ
الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى
الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ
لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا
“Sesungguhnya
kejujuran menunjukkan kepada perbuatan baik, dan perbuatan baik menunjukkan
kepada surga, dan sesungguhnya seseorang yang membiasakan jujur ia akan dicatat
di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta menunjukkan
kepada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa menunjukkan kepada neraka, dan
sesungguhnya seseorang yang biasa berdusta ia akan dicatat di sisi Allah
sebagai pendusta.” (Muttafaq ‘Alaih)
Oleh karenanya,
wajar sekali jika perbuatan dusta diancam dengan siksa yang sangat mengerikan.
Dalam hadits Samurah bin Jundab yang sangat panjang, dijelaskan akibat yang
akan ditanggung oleh pendusta yang kebohongannya sudah sampai ke ufuk.
Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam menceritakan apa yang beliau temui dalam mimpinya,
فَانْطَلَقْنَا فَأَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ
مُسْتَلْقٍ لِقَفَاهُ، وَإِذَا آخَرُ قَائِمٌ عَلَيْهِ بِكَلُّوِبٍ مِنْ حَدِيْدٍ،
وَإِذَا هُوَ يَأْتِي أَحَدَ شِقَّيْ وَجْهِهِ فَيُشَرْشِرُ شِدْقَهُ إِلَى
قَفَاهُ، وَمِنْخَرَهُ إِلَى قَفَاهُ، وَعَيْنَهُ إِلَى قَفَاهُ. (قَالَ :
وَرُبَّمَا قَالَ أبو رَجَاء: فَيَشُقُّ). قَالَ: ثُمَّ يَتَحَوَّلُ إِلَى الْجَانِبِ الآخَرِ فَيَفْعَلُ
بِهِ مِثْلَ مَا فَعَلَ بالجَانِبِ الأَوَّلِ، فَمَا يَفْرُغُ مِنْ ذَلِكَ
الْجَانِبِ حَتَّى يَصِحَّ ذَلِكَ الْجَانِبُ كَمَا كَانَ، ثُمَّ يَعُوْدُ
عَلَيْهِ فَيَفْعَلَ مِثْلَ مَا فَعَلَ الْمَرَّةَ الأُوْلَى. قَالَ: قُلْتُ
لَهُمَا : سُبْحَانَ الله، مَا هَذَانِ؟ قَالَ: قَالاَ لِي : اِنْطَلِقْ اِنْطَلِقْ.
.
“Kemudian kami
berangkat lagi mendatangi orang yang terlentang pada tengkuknya. Ternyata ada
orang lain yang berdiri di atasnya sambil membawa kait (yang terbuat) dari
besi. Tiba-tiba ia datangi sebelah wajah orang yang terlentang itu, lalu ia
robek (dengan kait besi tersebut) mulai dari sebelah mulutnya hingga
tengkuknya, mulai dari lubang hidungnya hingga tengkuknya, dan mulai dari
matanya hingga tengkuknya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam kemudian bersabda:
“Selanjutnya orang itu berpindah ke sebelah wajah lainnya dari orang yang
terlentang tersebut dan melakukan seperti yang dilakukannya pada sisi wajah
yang satunya. Belum selesai ia berbuat terhadap sisi wajah yang lain itu, sisi
wajah pertama sudah sehat kembali seperti sedia kala. Maka ia mengulangi
perbuatannya, ia lakukan seperti yang dilakukannya pada kali pertama.”
Di penghujung
hadits dijelaskan dosa yang diperbuat oleh laki-laki tadi, “Sesungguhnya
laki-laki itu setiap keluar dari rumahnya ia berdusta (berbohong) yang
kebohongannya sampai ke kaki-kaki langit (tersebar ke mana-mana,-terj)” (HR.
Al-Bukhari) dalam riwayat lain, “Ia disiksa demikian hingga tiba hari kiamat.”
Siksa dahsyat
yang ditimpakan kepada pendusta di atas terjadi di alam kuburnya sebagai siksa
kubur. Ini terus disiksakan atasnya sampai terjadinya hari kiamat. Semoga Allah
menyelamatkan kita darinya.
Bahaya dusta
semakin menjadi-jadi karena dia dilakukan oleh lisan. Di mana seseorang lengah
dari mengontrolanya. Maka benar sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
bahwa yang paling banyak menjerumuskan seseorang ke dalam neraka adalah
hasil kerja lisannya. (HR. al-Tirmidzi)
Dalam hadits
lain, Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam memberikan jaminan surga kepada umatnya yang
benar-benar sanggup menjaga lisannya, “Barangsiapa menjamin untukku apa yang ada di antara kedua dagunya
dan apa yang ada di antara kedua kakinya, maka aku akan menjamin surga untuknya.”
(Muttafaq 'alaih dari hadits Sahal bin Sa'ad)
Berdusta
semakin asyik dikerjakan karena terkadang berdusta menjadi sebuah hiburan yang
membuat orang-orang tertawa dan lupa terhadap masalahnya. Sehingga berdusta
yang seperti ini tidak terlihat sebagai sesuatu yang tercela.
Pendorong
berbohong lainnya, berbohong terkadang bisa menambah jumlah nominal
pernghasilan. Baik dengan mengurangi timbangan dan takaran, bersumpal palsu
saat menjual, atau menipu, dan sebagainya. Tapi, satu kepastian bahwa harta
yang diperolehnya tidak akan barakah. Sehingga dengan hasil dari berdusta
tersebut, ia mengenyangkan perutnya, menghilangkan dahaganya, dan menutupi
tubuhnya dengan pakaiannya. Sehingga ibadah yang dikerjakannya tidak bisa
mentazkiyah jiwanya. Karenanya, kecenderungan kepada maksiat dan perbuatan dosa
lebih kuat dalam dirinya. Wallahu Ta’ala A’lam.
2 comments:
terima kasih telah berbagi info....
infonya sangat bermamfaat.....
salam kenal dan salam sukses..
.
Terima kasih banyak Pak, membuat kita selalu intropeksi diri
Post a Comment